Monday, June 19, 2006

Konsultasi gigi cantik.



Sesuatu yang gak pernah ada dalam kamusku. Hari gini di jam 23 mendingan di bedeng bisa dengan nyaman tumaninah ngapain aja. Sayangnya 9 lanang pendatang yang lainnya senang aja diajak plesir malam oleh Beno bujang lapuk 45 tahun yang adiknya tante Lina. Katanya sih buat membahagiakan Nani yang baru saja bergabung di perkebunan. Mana Nani menyeret2ku agar ikut buat keamanannya. Katanya. "Mas aku nih sebel banget lho sama tuan Beno itu. Masak aku kudu belajar goyang sih."
Daripada duduk tercenung di tengah hingar bingarnya musik keras, asap rokok dan busa bir hitam. Naluriah, telingaku ingin mendengar khabar satu teman Lovematch di Jakarta. Lalu kukirimkan saja sms kepadanya. Aku tahu dah malam, tapi pernah kok aku justru beroleh sms tanya khabar darinya di jam segini yang katanya baru aja pulang lembur. Waktu itu saat ditelepon dianya menjawab sambil mengunyah makanan.

18 JUN 2006, 23:03
"Dah tidur? Lagi marahan ya gak jawab emailku.
Boleh kangen kamu gak sih? Gigimu cantik lho."

18 jun 2006, 23:07
"BLM. LG PUSINK. AKU BUKA EMAIL KLO DI KANTOR AJA PAK, MAS, KANG, UDA.
EH ENAKNYA DIPANGGIL APA?"

18 JUN 2006, 23:10
"Pusing kenapa? Klo dekat kupijati ilang pusing ganti
jadi puyeng n gemez. Gigimu cantik lho."

18 jun 2007, 23:12
"BYK MASALAH. PENGEN JUGA BUNUH DIRI. GIGIKU BIASA AJA AH. JGN NGACO."

18 JUN 2006, 23:16
"Jangan gila kamu. Temanku gak ada yg bunuh diri.
Mo gak kuajak ke bukit buat mikir?"

18 jun 2006, 23:19
"ga gila. cuma merasa gak kuat hdpi cobaan hidup.
mau aku diajak ke bukit utk tenangkan pkrn pasti bs y."

Walah ini tentu krusial. Seringkali berbincang disaat terakhir bisa mengurungkan niatan dan menggagalkan aksi disaat puncak kekalutan pikiran karena depressi dimana pertimbangan akal budi sudah memudar. Aku segera bergegas keluar untuk mencari tempat yang lebih sunyi buat nelepon dan membujuknya. Lalu kutelepon sambil memesan segelas kopi dan membakar kretek. Huhhh, diluar ruangan terasa banget gigitan hawa yang baru selesai diguyur hujan. Tapi aku harus kudu berbincang saat ini juga.

18JUN 2006, 23:21
"Apa sih cobaan hidup kamu itu?"

18 jun 2006, 23:24
"mau ga telp aku hehe...sori ya bkn ga mau rugi
tp emg pulsa t'btas. jam 11 kan dah murah."


Hehehe tajam juga nalurinya. Subhanallah. Artinya dianya masih bisa menggunakan pikiran waras dengan berbincang bersamaku. Waktu ditelepon itu dianya masih terisak, katanya sih lagi memandangi potret almarhum papinya. Lantas kulaba saja dengan intensif. Sambil kuaduk pikirannya dan kupancing rasa humornya dengan sering menyebutkan giginya yang cantik yang lama2 mengundangnya tertawa hambar meski masih pura2 protes dengan menyebutku, "ngaco ah." Sampai akhirnya vokalnya kembali merdu dan tawanya berloncatan dengan renyahnya. Alhamdulillah wa Allahu Akbar.
Akhirnya kuminta dia berjanji untuk segera berwudluk, shalat sunnah 2 rakaat dan bacakan Surat Yasiin untukku. Dianya mengiyakannya sambil tertawa heran dan bertanya, "Untuk apa?" Aku jawab sebagai rasa syukur kehadlirat Yang Maha Pemilik Hidup karena dianya mau memelihara hidupnya. Ingin sembuh aja sudah sangat mahal. Apalagi kehidupan yang harus dipelihara dengan sebaik baiknya. Karena Agama kita tidak mentolerir sesuatu apapun yang sekiranya bakal membahayakan kehidupan. Aku bilang setelah hape kututup, aku juga akan shalat syukur 2 rakaat.
Hehehe, klo sudah berwudluk dan shalat lalu Yasiinan, gak mungkin aja dianya masih mau bunuh diri segala. Meskipun akhirnya dia batalkan hasrat mau ikut ke bukit.
Lumayan juga hape malam selama 28 menit itu Insyallah mujarrab buat menghindari azab baginya dan yang bisa menjerumuskan juga keluarganya kedalam pusaran fitnah dunia. Wa laa hawla walaa quwwatta illa billah.
Dan Nani segera menarik lenganku minta pulang karena hari telah larut malam. Mana dingin, mana ngantuk, mana sebel sama Beno yang lagi asyik goyang2, mana janji mau shalatul lail bersama. Aku lalu memanggil Komar agar membisiki Beno dan teman2 yang lain kalau kami berlima pulang duluan. Cuma begitu, sepanjang jalan Nani mengomel2.

No comments: