Tuesday, June 20, 2006

Sekar Ayu



Date: Mon, 19 Jun 2006 22:59:20 -0700 (PDT)
From: "Fiyanti Mila"
Add to Address Book Add Mobile Alert
Subject: Bukit bluwek ternyata manis juga lho.
To: "Luluk Amalia" <@yahoo.com>

Waalaikumsaalaam wr wb.
Coba baca lagi email2 terdahulu, nampak nyata apa yang
kutulis hampir dak ada koneksitasnya dengan
jawabanmu. Misalnya tentang kecup kening. Aku dah
jelaskan opiniku, kamu malahan ceritera sosok murid
terpandaimu yang gak lulus UAN. Pantesin juga kamu
ingin mendengar tentang ceritera duka, karena
dibenakmu banyak keluhan yang ingin kamu sampaikan
kepadaku. Maaf, aku juga sensi dan terbiasa menerima
curhat buat kasih solusi. Tapi itu kepada pasien2ku
bukan kepada "calon isteri."

Memangnya ibunda bilang apa? Apa sudah menurun cap
duda buatku. Bukannya kamu maunya dikhitbah oleh
perjaka saja? Kan dah tersirat kamu menolak aku karena
duda. Meskipun basa basi kamu bilang gak meremehkanku.

Kamu serius ingin ketemu denganku? Tapi buat apa.
Kamu tadinya memang merak ati buatku. Kamu juga kenes.
Tentunya dong aku suka makanya aku menaruh harapan
sampai berani "merayu" kamu. Namun kayaknya setiap
emailku kamu anggap sebagai lelucon entah dagelan.
Stubborn, kayaknya kamu ini pendesak dan setiap orang
harus menuruti apa mau kamu. Apa insting guru ya?
Tapi aku bukan muridmu lho, jelek2 aku "balon"
suamimu.

Wajar aja klo ibunda menaruh harapan kepadamu gadis
satu2nya yang beroleh baroqah buat meneruskan
pendidikan setinggi yang mungkin tercapai. Kudoakan
juga agar kamu sehat kuat untuk sukses sejahtera. Tapi
kayakanya gak fair deh klo kamu juga kudu memikul
tanggung jawab akan masa depamn kakak dan adik2mu.
Apalagi siapapun suami kamu nanti yang tentunya lebih
memikul tanggung jawab kepada isterinya, rumahtangga
nya, keturunannya dan mertuanya. Kesejahteraan bersama
yang tercapai tentu saja bisa mengalir ke saudara2mu
sebagai silaturahmi dan kepatutan. Tapi bukan sebagai
kewajiban atau pikulan beban. Bisa bongkok dong.

Dengan sms kamu ajukan aku kriteria calon suami yang
kamu ingin kan. Tapi aku minta kamu tulis semua
pertanyaanmu di email. Tapi kan belum aku jawab aja
aku dinyatakan gugur gak lulus tes. Lantas kini apa
lagi? Terimakasih kamu bilang sayang aku. Tapi atas
dasar apa? Apa tolok ukur yang kamu gunakan sampai bisa
bilang sayang? Bukan karena aku bilang kamu merak atiku
kan? Bisa aja karena korespondensi kita, yang menurutku
kamu malahan sejak awalnya dah menolakku karena aku duda.

Aku barusan terima smsmu. Aku hargai sikap kamu yang
gak mau datang sebelum aku berta'aruf. Maaf, aku
mengajakmu ke bukit bluwek buat liburan bukan tamasya
khitbah. Disini juga aku gak punya rumah kecuali
bedeng panjang bersama 60 kepala. Rumah yang
sesungguhnya hanya dimiliki oleh Beno bujang lapuk
yang doyan "isteri" itu. Nani aja tinggal sebedeng.
Namun buat kenyamanan dan keamanannya kami buatkan
bilik pribadi.
Kami para lanang bisa ngebelatak gimana aja. Buat
shalat aja terkadang ditengah orang lalu lalang dengan
dibatasi Sutrah. kebetulan dinding sebelah Barat
ditempati oleh para wanita. Kayaknya tante Lina gak
memikir aspek ibadah bagi penghayat Islam. Maklumi aja
karena manajemennya juga nepotos ke-belanda2an. Makanya
dengan semangat "Malaikat malaikat kecil di surau",
aku berniat segera dirikan surau. Apalagi buat guru
ngajinya aku gak usah cari jauh2. Nani juga dah mulai
mengajar kan BTA. Nanti klo sudah lancar, tajwid tetap
akan dimintakan pengajaran dari para kiyai terdekat.


Diajeng Amalia? Lelucon apalagi nih. Bukannya gatel
kuping kamu klo aku memanggilmu jeng atau diajeng?
Maaf dik Luluk, gak usah kita paksakan hati sanubari
yang gak mau. Pengalamanku, bahtera rumahtangga yang
kami bangun dengan sepenuh rasa cinta mahlukNYA aja
bisa bubar karena tekanan mertua dan saudara2 lanang
Jeng Mila. Kenapa? Karena mereka matere. Aku yang asal
miskin dianggapnya hanya benalu bagi Jeng Mila.
Makanya aku ditendang. Gimana juga bagimu dan
keluarga? Terhadap kenyataan yang tengah aku hadapi
dengan status kuli macul di lahan 2 hektar milik orang
lain. Bagaimana aku melalui hari2 yang bikin perut
selalu lapar bersama 9 putra dan 1 putri. Buat Nani
aja aku tentunya memikirkan logistik khusus khas
wanita. Iya sih Nani juga mandiri, namun sebagai
pengelola aku juga kudu mikiran hal2 yang manatahu
perlu bagi Nani.

Klo begitu lupakanlah tawaranku buat kamu berlibur
panjang di bukit bluwek. Bukan karena Semarang jauh.
Tapi kondisi teknis di bukit bluwek gak akan memenuhi
harapan psikis kamu. Meskipun buat memenuhi syarat
muhrim kamu bisa ajak siragil 22 tahun itu. Atau
kakange ragil yang 24 tahun klo dianya belum punya
kewajiban pribadi. Kerja misalnya.
Kami disini hanyalah manusia biasa, apalagi aku mana
kere mana duda mana punya kebutuhan khusus mendesak
desak yang denyutannya terasa sampai ke ubun2.

Memperbandingkan 2 wanita? Ah yang benar? Disini Nani
malahan sering banget bertanya perihal kehidupan
pribadi kami dulu. Dari sikapnya nampaknya Nani
malahan suka akan pribadi Jeng Mila dan mengharap bisa
jumpa. Bahkan mendoakan semoga kami bisa bersatu lagi.
Weleh walah wilih, blum apa2 rupanya kamu masukan Nani
kedalam daftar pesaing yang kudu disingkirkan ya?
Tadinya juga Jeng Mila dan aku kudu menghapus nohape.
Agar jeng Mila jangan lagi bisa menghubungiku.
Karena feeling kamu jeng Mila dah punya malaikat
kecil yang telah menguras habis perhatiannya.
Padahal nikahnya aja baru 6 bulan, mana suaminya homo.
Gimana bisa punya anak klo ranjangnya dingin2 aja.

Jangan gitu ah. Selain akan menyakiti Nani terutama
akan lebih menyakiti hatimu sendiri. Kan kamu yang
nulis, syaithan dihati lebih kejam daripada syaithan
dalam wujud nyata. Tul gak? Maaf klo aku juga telah
menyakitkan hatimu. Agaknya kita salah setting deh.
BTW, makasih lho klo dik Luluk suka akan tulisanku.
Klo senggang buka deh http://fmylla.blogspot.com/
Isinya kopas korespondensiku di Astaga Lovematch.
Manatahu isinya bisa jadi ilmu bagi yang tengah
mengalami atau dirundung substansi yang nyaris sama.
Klo mau boleh isi komen apa aja ya. Wassalam.

--- Luluk Amalia wrote:

> Asslm...............
> Aku sudah berusaha menjawab email sesuai dengan
> pertanyaannya lo, tapi kok masih dianggap asbun ya?
> Seandainya aku punya sayap, detik ini juga aku
> akan terbang ke bluwek, melihat seprti apa toh MAs
> Fahmiku ini...........Setiap kali aku baca email
> mas, seperti sedang membaca novel kesukaanku saja.
>
> Andaikata kehidupan kami jauh dari mapan mungkin
> aku ga perlu kuliah S2, dan langsung menerima
> pinangan Mas Fahmi, dan seandainya Mas Fahmi,
> menjawab pertnyaanku dengan bener yaitu mengingkan
> Diajeng Amalia jadi Ibu rumah tangga, semakin
> memantapkan hatiku segera menjadi istri mas detik
> ini juga.
> Ingin sekali segera ilerku membasahi kantung
> kemeja mas..............
> Sejak dlu keinginan satu menikah dengan pria yang
> dapat menjadi guru ngajiku, kaya karena dipundaknya
> ku sandarkan beban hidup keluargaku, dan
> menginginkan aku jadi ibu rumah tangga karena aku
> tidak suka buah cinta kami memahami kehidupan ini
> dari baby sitter. Terlalu selektif ya.. bahkan
> sangat selektif menurutku, bukan hal asing lagi jika
> aku harus mendapat ucapan nada tinggi dari saudara2
> perempuan mantan tunangan bahwa betapa matre ya aku.
> Ya aku memang matrealistis.
>
> Tapi semua itu adaikata, hidup adlah realita, aku
> adlah satu2nya harapan keluarga yang dipundakku
> sudah memikul untuk menaikkan derajat Ibuku, dan
> mengiring kakak dan adikku untuk kehidupan mandiri
> mereka nanti. Kakakku blum pernah duduk bangku
> kuliah, aku bisa merasakn bangku kuliah itu pun
> karena Beasiswa.
>
> Sejak, beasiswa kuliahku selesai bgitu mendapat
> gelar kesarjanaan, ingin sekali aku mendapat ijapsah
> selain ijasah, namun ALLAH memberikan kesempatn lain
> untuk kuliah lagi. Iri, rasanya melihat temen2 sudah
> menggendong buah hati mereka, disibukkan dengan
> urusan rumah tangga. sementra aku harus berjuang,
> untuk menggantungkan cita2 dan amanah Ibuku.
>
> Bukannya Mas fahmi yang mengajak barter pic, mas
> hanya minta 4 tapi kuberikan lebih. Knapa mas
> membandingkan aku dengan Mbak Nani yang ga perlu
> minta pic mas, aku adlah Luluk, dan Mbak Nani adlah
> Mbak Nani.
>
> Kuharap, jika menikah dengan gadis mana pun Mas
> tidak pernah membanding2kan 2 wanita. itu sangat
> menyakitkan. Mas membandingkan aku dengan teh Nani
> saja itu sudah menyakitkan hatiku, semoga ga
> terulang lagi.
>
> Aku tidak tahu apa emailku ini asbun lagi, aku
> sudah berusaha keras untuk tidak asal bunyi, jikalau
> itu asbun, itu adalah ungkapan perasaan ku saat ini
> yang ingin kutampahkan, ternyata mas malah
> berpendapat lain. Paling tidak dengan ke dewasaan
> mAs, dapat kutemukan jawaban akan semua tanya, namun
> justru di luar dugaan, mas tidak mau mendengar
> keluhan ku......
>
> Sebenrny walaupun kita tidak dapat menjalin
> hubungan layaknya spasang kekasih, paling tidak
> masih bisa kurasakan seteretes kasih sayang dari
> MAs, karena kurasakan kasih sayang mas tulus. Dan
> aku tetep, ingin rasa kasih ini tetep tumbuh
> walaupun bukan mengarah ke pernikahan, terlanjur
> sayang dengan Mas? iya..............
>
> Kuharap ini jangan berakhir, seperti mas masih
> bersilahturahmi dengan Mbak Mila, kuharap denganku
> juga demikian.
>
> Aku, tidak bisa menerka apa yang ada di benak mas
> sekarang. Menurut Ibuku, aku paling pandai menggukan
> intuisi, tapi entah kali aku ga bisa.
>
> Wassalam
>

No comments: